Sabtu, 05 Maret 2011

Peneliti Temukan Teknik Baru Peramalan Letusan Gunung Berapi

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Para peneliti telah menemukan sistem otomatis baru yang dapat memperbaiki dan sangat berarti dalam peramalan meletusnya gunung berapi. Sistem itu berupa pengukuran secara cermat bagaimana permukaan bumi yang berdekatan dengan gunung berapi berubah bentuk menjadi lipatan dan terangkat sewaktu batuan cair dari dalam perut bumi mendesak ke permukaan. Teknik itu bersifat seketika sehingga memungkinkan para peneliti memperoleh pola yang menunjukkan suatu letusan akan segera terjadi.

Paul Segall, ahli geofisika dari Universitas Stanford, AS, bersama beberapa peneliti lain memaparkan penemuan mereka dalam majalah ilimiah Science edisi Oktober 1999. "Itu merupakan lompatan jauh ke depan," ujar Tim Dixon, ahli geofisika dari Universitas Miami.

Sebelumnya, pendekatan konvensional untuk memperkirakan letusan adalah dengan memperbandingkan besaran rekaman catatan yang disebut dike, yakni pergerakan magma, dan menentukan dampak yang terjadi. Teknik lama yang dikenal sebelumnya memakan waktu berhari-hari, selain pada waktu yang pengerjaan para ilmuwan mesti terus-menerus membandingkan data dan apa yang terjadi pada pergerakan permukaan bumi.

Segall dan rekan-rekan berhasil mengembangkan peramalan yang lebih cepat berdasar penelitian terhadap keaktifan vulkanis di Jasirah Izu, Jepang. Para peneliti menyebar peralatan penelitian di seputar gunung berapi untuk mengukur pergerakan ke atas atau keterangkatan muka tanah, termasuk tilt-meter, yakni peralatan pertukangan kayu yang amat peka untuk mengukur ratanya permukaan. Sementara itu, data dari antena global position system yang permanen memasok data lokasi spesifik lokasi titik-titik bumi dalam besaran lintang, bujur, dan ketinggian.
Kecocokan Tahun lalu, para peneliti menganalisis data pemantauan dari serangkaian gempa bumi kecil yang diakibatkan oleh pergerakan magma selama tahun 1997. "Kami mengumpulkan data pengukuran itu dan merangkai menjadi suatu citra di tempat terjadinya dike dan membayangkan melihat suatu film bagaimana dike bergerak sepanjang permukaan bumi," ujar Segall.

Ternyata mereka menemukan "kecocokan yang cukup berarti" antara perkiraan peneliti dan data seismograf yang merupakan data sebenarnya dari apa yang terjadi. "Bagi para ahli vulkanologi, boleh jadi itu merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk mengetahui seberapa banyak magma yang bergerak sebelum magma mencapai permukaan bumi. Besaran itu akan memungkinkan para peneliti menghasilkan prakiraan tentang kemungkinan letusan gunung berapi yang akan terjadi," ujar Dixon.

Selanjutnya dia mengungkapkan, teknik itu dapat diterapkan pada gunung berapi yang dipantau dengan peralatan yang menghasilkan data seperti pemantauan yang umum dilakukan di Jepang, Hawaii, dan Islandia. "Pendekatan itu memang belum tentu berlaku bagi kebanyakan gunung berapi di seluruh dunia," ujar Dixon.

Namun berdasar contoh-contoh penelitian sebelumnya, para ahli vulkanologi dapat mempermasalahkan betapa penting penempatan peralatan monitor di gunung berapi. Terutama, di gunung berapi yang sementara ini acap diabaikan kemungkinan dipasangi kelengkapan serupa itu.

Tags: Peneliti Temukan Teknik Baru Peramalan Letusan Gunung Berapi, Teknik Baru Peramalan Letusan, Teknik peramalan letusan gunung berapi

noreply@blogger.com (Adipedia.Com) 05 Mar, 2011


--
Source: http://www.adipedia.com/2011/03/peneliti-temukan-teknik-baru-peramalan.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

 
Atas